Senin, 05 April 2010
Gayus Tambunan
Gayus Halomoan Tambunan memang luar biasa. Statusnya sebagai Pegawai negeri Sipil (PNS) yang "masih" golongan III A, tidak menghalanginya memiliki kekayaan berupa rekening hingga Rp 25 miliar.
Tak hanya rekening, rumah mewah senilai miliaran rupiah di Kompleks Perumahan Mewah di Kelapa Gading-Jakarta Timur, juga dimilikinya. Belum lagi sejumlah mobil seperti Toyota Alphard, Fortuner, Honda Jazz dan Ford Everest dimiliki dan dipakai secara bergantian. Sang istripun kerap menggunakan Mercedez Benz jika berkantor di gedung DPRD DKI Jakarta.
Ditilik dari posisinya sebagai penelaah keberatan dan banding wajib pajak pada Direktorat Jenderal Pajak, bisa dipahami dan dimungkinkan bagi Gayus untuk memperoleh kekayaan dengan cara seperti yang saat ini disangkakan dan telah diakuinya kepada Satgas anti mafia hukum, yaitu sebagai "markus" (makelar kasus) spesialis pajak.
Perihal ulah Gayus ini, Dirjen Pajak Mochammad Tjiptardjo mengakui, Gayus tidak sendirian dalam menjalankan perannya sebagai "markus" pajak. Karena itu pihak Direktorat Jenderal Pajak akan terus memeriksa kasusnya termasuk jika ada Gayus-Gayus lainnya.
Sontak pengakuan ini membuat Kita kaget. Bagaimana tidak, usaha pemerintah untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan PNS melalui Remunerasi dan reformasi perpajakan, ternyata belum mampu mencegah praktik-praktik korupsi dan kolusi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan geram dengan kasus ini. Kepada wartawan Menkeu menyatakan, kasus Gayus Tambunan terjadi bukan karena kurang besarnya gaji (remunerasi) pegawai pajak. Gayus 'menyimpang' lebih dikarenakan kelainan mental. Keserakahan, mungkin itu penyakit mental yang dimaksud Menkeu.
Kasus Gayus inipun merembet ke instansi hukum, lembaga yang seharusnya yang seharusnya menjadi penegak hukum diduga ikut bermain dalam kasus ini.
Sengatan mantan Kabareskrim Komjen Polisi Susno Duadji, terkait dengan kasus Gayus membuat tiga intansi penegak hukum (kejaksaan, kepolisian, Mahkamah Agung) dan direktorat jenderal Pajak melakukan pembenahan internal.
Tetapi apakah seperti itu yang diinginkan, setelah kejadian baru muncul kesadaran. Praktek kolusi antara pegawai pajak dan wajib pajak bukanlah hal yang baru di negeri ini.
Peran Satgas Anti Mafia Hukum dan KPK untuk mengungkap kasus ini secara tuntas dan transparan juga dinantikan masyarakat yang sudah bosan dengan segala bentuk rekayasa atau bentuk-bentuk pengalihan kasus lainnya. Akankah makelar kasus perpajakan ini dituntaskan.
Properti yang cukup mencolok adalah rumah masa kecilnya di Jl Warakas I Gang 23, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Priok, Jakarta Utara. Di rumah orang tuanya itu, Gayus menghabiskan masa kecilnya.
Rumah di gang sempit itu kini tak terurus, pintu tripleksnya mengelupas. Atapnya mengelopek. Rumah itu tak berpenghuni lagi karena penghuninya telah berpindah ke rumah yang lebih bagus.
Jika kedua orangtua Gayus pindah ke Depok, Gayus memilih menetap di kompleks real estate mewah Gading Park View di Jl Boulevard Timur, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Harga rumah paling murah di kompleks elite itu di kisaran Rp 1,5 miliar.
PT Summarecon Agung Tbk selaku pengembang perumahan tersebut, tak banyak membangun unit di kompleks tersebut. Hanya 86 unit rumah dan 38 rumah toko (rukan) di lahan seluas 5,4 hektar. Jumlah rumah yang sedikit membuat eksklusivitas dan kenyamanan benar-benar terjaga dan berimbas pada harga selangit.
Masih ada properti Gayus lainnya yang disoroti. Tetangga-tetangga Gayus di Warakas menyebutkan bahwa lulusan Diploma IV Akuntansi STAN tahun 2000 itu memiliki sebuah apartemen di Cempaka Mas, Jakarta Pusat. Gayus juga dikabarkan sering berganti mobil saat mengunjungi mertuanya di kawasan Rawa Badak. Kadang Ford Everest, kadang Mercy, BMW, atau Alphard.
Kita semua mesti berterima kasih pada pegawai Pajak golongan III A ini. Gara-gara aksinya terbongkar, semua mata kini memandang ke kasus penggelapan pajak yang menimpanya. 25 Milyar rupiah bukan jumlah yang sedikit. Apalagi dimiliki seorang pegawai negeri sipil yang gaji per bulan plus tunjangan ini itu 12 jutaan.
Berterima kasihlah pada Gayus. Karena berkat jasanya lah kasus Century jadi temaram. Siapa yang peduli dengan kasus 6,7 trilyun yang tak jelas kemana itu. Setidaknya kini media massa ramai-ramai berdendang lagu GAYUS. Lupakan huru hara di panggung paripurna DPR bulan lalu. Lupakan pula rekomendasi yang meminta penon aktifan dua petinggi negara, Wapres Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
SUMBER : 1.polhukam.kompasiana.com
2.www.detiknews.com
3.berita.liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar